Jumat,  26 April 2024

Lho Kang Emil Kok 'Ceramahi' Jokowi Soal  Ibukota Baru, Mau Dipindah ke Jabar ya

NS/RN
Lho Kang Emil Kok 'Ceramahi' Jokowi Soal  Ibukota Baru, Mau Dipindah ke Jabar ya

RADAR NONSTOP - Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil mengaku memberikan masukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Masukan itu terkait pembangunan Ibukota negara yang baru di Kalimantan Timur (Kaltim).

Kang Emil sapaan akrabnya bertemu di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (28/8). Awalnya, Jokowi memanggil Kang Emil soal pembangunan daerah yang dia pimpin.

Karena sebelumnya Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara hingga Bali sudah dipanggil Jokowi. Seperti diberitakan, sebelum Kaltim ditetapkan menjadi ibukota baru, kawasan Jonggol, Jabar juga digadang-gadang.

BERITA TERKAIT :
Pilkada DKI Butuh Duit Sampai Rp 1 Triliun, Kang Emil Cuma Punya Harta 23,76 Miliar?
Ridwan Kamil Lebih Sreg Di Pilkada Jawa Barat, Jiper Ke Jakarta?

"Masukannya, kalkulasinya, luas-luasan yang hasil pengalaman saya sebagai dosen perkotaan, asumsinya terlalu luas. Harus dikaji ulang, jangan sampai menghasilkan kota yang terlalu luas, berorientasi mobil lagi," kata Kang Emil.

Hal itu menurutnya, dikarenakan di masa depan kota futuristik itu kota yang mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Kantor, rumah, sekolah harus berdekatan, sehingga cukup jalan kaki.

"Kalau kepepet baru public transport, terakhir baru mobil. Jangan dibalik. Jangan mendesain ibu kota baru yang mayoritas untuk mobil, untuk bangunan, tapi kemanusiaannya tidak maksimal," jelas gubernur berlatar belakang arsitek itu.

Pemimpin 47 tahun itu mengaku belum melihat detail perencanannya, tetapi baru asumsi. Apalagi total luasan lahan yang telah diungkap ke publik untuk ibu kota baru di Kaltim mencapai 180 ribu hektare. untuk keseluruhan perkotaannya mencapai 40 ribu hektare. "Saya belum lihat detail, ini kan asumsi," kata Emil.

Namun dia memberkan gambaran bahwa dari seluruh ibu kota yang dipindah dalam sejarah perkotaan di berbagai negara, yang terbaik itu Washington DC. Orang bisa jalan kaki, jam 17.00 kantor tutup namun kotanya masih ramai.

"Jangan sampai kejadian dengan ibukota baru lain, malam hari sepi. Karena apa? Tidak ada tempat retail, orang juga rumahnya jauh-jauh. Hidup di kota bukan hanya urusan kerja, tetapi percampuran kegiatan kemanusiaan harus ada," tuturnya.

Saat ditanya berapa luas lahan ideal untuk sebuah ibukota negara, mantan Wali Kota Bandung ini menjadikan Washington DC sebagai pembanding.

"Kalau pakai teori Washington DC, sekitar 17.000 hektare. Maksimal 30-an ribu hektare. Itu sudah cukup. Enggak usah 180.000 hektare. 30 berbanding 180. Itu kan ibu kota Amerika sudah teruji berabad-abad dan hasilnya berdasarkan teori ilmiah, itu ibu kota terbaik," jelasnya.