Selasa,  16 April 2024

Pagi dan Malam, Udara Palembang Dicampur Asap Kebakaran Hutan

NS/RN
Pagi dan Malam, Udara Palembang Dicampur Asap Kebakaran Hutan

RADAR NONSTOP - Udara di Kota Pembang, Sumatera Selatan (Sumsel) lagi tak sehat. Alhasil, wisatawan asal Indonesia atau turis lokal banyak yang batal. 

Andief warga Jakarta Timur mengaku dirinya awalnya ingin jalan-jalan dari Jumat (6/9) hingga Minggu (8/9). "Karena asapnya pekat jadi saya hanya satu hari. Sabtu (7/9) dirinya bersama istri langsung balik ke Jakarta," ungkapnya. 

Yohanes dari Tambora, Jakbar mengaku, asap juga terasa pas malam hari. "Pas saya buka jendela hotel malam hari bau asap," ungkapnya. 

BERITA TERKAIT :
Malaysia Terus Protes Kabut Asap, Hallo Bu Menteri LHK Siti? 
Glafidsya Medika Buka Cabang di Palembang, Hadirkan Promo Menarik untuk Konsumen

Sejak beberapa hari terakhir, kabut asap di Palembang mulai pekat terutama di pagi hari. Jarak pandang berada di bawah satu kilometer, tepatnya 300-500 meter.

Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Benny Setiaji menjelaskan, kabut asap tersebut berdampak pada kualitas udara di Palembang. 

Konsentrasi PM 10 yang tercatat di Stasiun Klimatologi Palembang 5 September 2019 pukul 00.00-08.00 WIB dalam kategori tidak sehat dengan nilai 105-196 gram/m3 melewati Nilai Ambang Batas tidak sehat adalah pada 150 gram/m3.

"Dari pengamatan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), kualitas udara di Palembang masuk dalam kategori tidak sehat," ungkap Bambang, Kamis (5/9).

Dijelaskannya, jarak pandang terendah pagi ini tercatat di Bandara SMB II Palembang 300 sampai 500 meter dengan kelembapan 96-98 persen. Asap pekat berdampak satu penerbangan mengalami penundaan.

Menurut dia, intensitas kabut asap (Campuran kabut dan asap) umumnya terjadi pada dini hari menjelang pagi hari (04.00-07.00 WIB). Hal ini dikarenakan labilitas udara yang stabil pada saat tersebut.

Fenomena ini diindikasikan dengan kelembapan yang tinggi dengan partikel-partikel basah di udara yang disebabkan kondisi langit pada malam hari tanpa awan mengakibatkan radiasi permukaan bumi lepas keluar atmosfer dan suhu di permukaan relatif dingin yakni 22-23 derajat celcius.

Setelah terbit matahari keadaan udara akan relatif labil sehingga partikel basah (kabut) maupun kering (asap) akan terangkat naik dan jarak pandang akan menjadi lebih baik. Tapi partikel kering (asap) yang pergerakannya karena angin horizontal akan tetap ada di permukaan dan akan mengganggu pernafasan.

Kondisi ini akan terus berpotensi berlangsung karena berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG tidak ada potensi hujan hingga 11 September 2019 di wilayah Sumatera. Angin permukaan umumnya dari selatan-tenggara dengan kecepatan 5-10 Knot (9-19 Km/jam) mengakibatkan potensi masuknya asap dari karhutla ke wilayah Kota Palembang.

"Daerah yang berkontribusi asal ke Palembang dari Banyuasin, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran dan Mesuji. Masyarakat harus jaga kesehatan, gunakan masker dan kurangi aktivitas di luar rumah," pungkasnya.