Kamis,  25 April 2024

Ngandagan, Desa Percontohan Bung Karno di Tanah Jawa 

NS/RN
Ngandagan, Desa Percontohan Bung Karno di Tanah Jawa 

RADAR NONSTOP - Tapak Bung Karno di tanah Jawa soal pertanian dan kerukunan warga ternyata ada di Desa Ngandagan. Desa di daerah Kutuarjo, Purworejo, Jawa Tengah ini memang banyak orang tak tau. 

Padahal budaya gotong royong dan indahnya pesona alam perbukitan bisa menjadi pusat wisata alternatif. 

Dikelilingi sawah dan bukit, desa tersebut diketahui sebagai daerah percontohan pertanian di Pulau Jawa oleh sang Proklamator Negeri ini.

BERITA TERKAIT :
Kinerja Plt Walkot Bekasi Dibandingkan Dengan Benner
Bawaslu Ada Maka Pemilu Jujur Dan Adil Tercipta

Informasi soal Desa Ngandagan memang tidak banyak. Tapi, desa yang warganya selalu rukun dan gemar gotong-royong berdasarkan dokumen WikipediA, berada di Kecamatan Pituruh dan terletak di tepi barat Kabupaten Purworejo dan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen.

Pituruh sendiri kurang lebih 24 kilometer dari Purworejo. Dikutip dari tulisan Yan Rijal di www.kompasiana.com dan tulisan para blooger Purworejo, nama Desa Ngandagan mulai dikenal saat kepimpinan seorang Glondhong (Lurah) bernama Sumotirto.

Sumotirto dengan nama kecil Mardikun menjabat Lurah sekitar tahun 1946-1963. Dia sebenarnya berasal dari Desa Wonosari. Tapi karena kecerdasan, ketegasan dan kemampuannya, tokoh masyarakat Desa Ngandagan yakni Kartowi Kromo memanggil Sumotirto untuk menjadi Lurah.

Tangan dingin Sumotirto ternyata mampu mengubah Ngandagan menjadi desa yang asri dan sejuk. Sejak saat itulah, Ngandagan menjadi desa percontohan. Bahkan, hampir setiap hari mobil pejabat melintas di Ngandagan hanya untuk melihat-lihat atau sekedar rekreasi.

Tahun 1947, Ngandagan dikunjungi oleh Presiden RI ke-1 Ir. Soekarno. Kehadiran Sang Proklamator itu kabarnya untuk melihat sistem pertanian, gotong royong masyarakat hingga rasa saling menghormati antar ummat beragama.

Tujuan kunjungan Bung Karno, untuk meninjau keberhasilan proyek pertanian jeruk dan perikanan di Desa Ngandagan. Warga desa yang mendengar akan ada kehadiran Bung Karno langsung menyiapkan penyambutan.

Sepanjang jalan dari arah Kemiri sampai Pituruh didirikan posko-posko penyambutan. Beragam kesenian tradisional memamerkan kepiawaiannya. Bermacam-macam hasil pertanian unggulan dipamerkan dan warga yang berminat dipersilahkan menikmati secara cuma-cuma.

Ketika rombongan Bung Karno, tiba di Desa Ngandagan, ribuan rakyat pengagum beliau berdesak-desakan untuk turut menyambut ataupun hanya sekedar ingin melihat langsung sosok Presiden yang mereka puja itu. Dalam pidatonya Bung Karno memuji kemandirian Warga Desa Ngandagan bersama Sumotirto dalam membangun desanya.

Dalam pidato/dialognya dengan warga desa, kurang lebih “Aku kudu nganggo basa krama apa ngoko ?serentak dijawabngoko!!. Desa Ngadagan pancen hebat, ora perlu bantuan saka pemerintah nanging bisa dadi desa kang maju.

Berlangsunglah dialog rakyat dengan Presiden di depan rumah Sumotirto. Lalu, pada tahun 1960 seorang mahasiswa pernah melakukan penelitian (1961-1981) hasilnya : Land Reform in a Javanes stronge Village Ngandagan: 

a case study on the role of Lurah in decision making prosess dan pada tahun 2009 kembali muncul dengan Judul Dari Desa ke Agenda Bangsa (Dari Ngandagan Jawa Tengah sampai Porto Alegre Brazil) tulisan dosen IPB (Dr. HC) Ir. Gunawan Wiradi M. Soc. S.c.

Kini Desa Ngandagan dimpin oleh anak muda yakni Lurah Bagiono. Dengan jumlah penduduk sekitar 400 kepala keluarga, desa itu tetap mempertahankan pertanian. Warganya juga masih memegang teguh saling menghormati.

Sayangnya kunjungan resmi Bung Karno tidak tercatat dalam sejarah. Bahkan kunjungan Putra Sang Fajar itu lebih dikenal mengambil benda pusaka di Gua Gunung Pencu. 

#Opini   #Kutuarjo   #Desa   #