Jumat,  29 March 2024

Benarkah Rakyat Makin Takut Bicara Politik...

NS/RN/JPNN
Benarkah Rakyat Makin Takut Bicara Politik...
Demo mahasiswa di depan Gedung DPR, Senayan.

RADAR NONSTOP - Fakta mengejutkan terkuak dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). Teryata, kebebasan sipil di Indonesia pada pariode kedua kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) makin memprihatinkan.

Ada 43 persen responden merasa masyarakat semakin takut untuk berbicara politik. Angka tersebut mengalami kenaikan lebih dari tiga kali lipat dibanding pada 2014 lalu yang hanya mencapai 17 persen saja.

"Masyarakat makin takut bicara politik," aku Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam rilis survei nasional ‘Tantangan Intoleransi dan Kebebasan Sipil serta Modal Kerja pada Periode Kedua Pemerintahan Joko Widodo’ di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/11/2019).

BERITA TERKAIT :
Demokrat Resmi Laporkan Perselisihan Suara di Dapil II Jakut ke Mahkamah Konstitusi
Sindir Partai Koalisi Perubahan, AHY: Pilpres Belum Usai Udah Kesana Kemari

Dalam survei disebutkan, warga takut karena penangkapan semena-mena oleh aparat hukum juga naik. Dari 24 persen pada 2014 lalu, jadi 38 persen tahun ini.

Di sisi lain, 21 persen responden yang menganggap warga sekarang takut berorganisasi. Naik dibanding 2014 yang mencapai 10 persen.

Responden juga menilai ada peningkatan ketidakbebasan beragama. Dari tujuh persen pada 2014 jadi 13 persen tahun ini.

“Dalam hal kebebasan pers juga tampak belum menggembirakan. Ada yang beranggapan media tidak bebas dam disensor pemerintah sebesar 38 persen,” ujar Hanan.

Atas dasar ini, Hanan berpandangan bahwa kebebasan sipil yang menjadi pondasi demokrasi cenderung memburuk.

Bahkan kecenderungan kebebasan sipil tiap tahun semakin menurun. “Jika dirunut 10 tahun terakhir, tren sejumlah indikator kebebasan sipil di negara kira tampak mengalami kemunduran,” jelasnya.

Untuk diketahui, survei ini digelar pada 8-17 September 2019 dengan melibatkan 1.550 responden yang terpilih secara acak di seluruh Indonesia.

Jumlah responden muslim sebanayak 88,7 persen dan non-muslim 8,3 persen. Adapun margin of error kurang lebih 2,5 persen dengan tingkat kepercayaan survei mencapai 95 persen.