Jumat,  29 March 2024

Kawin Kontrak Di Puncak Dan Kampung Arab Bakal Diacak-Acak 

NS/RN/CR
Kawin Kontrak Di Puncak Dan Kampung Arab Bakal Diacak-Acak 
Kampung Arab di Kawasan Puncak.

RADAR NONSTOP - Istilah kawin kontrak ternyata benar. Di kawasan Puncak, kawin kontrak biasa memakai jasa penghulu bodong.

Kawin kontrak biasa dilakukan oleh pria asal Timur Tengah dengan cewek setempat. Kawin kontrak merebak karena adanya keberadaan toko bertuliskan arab di kawasan wisata Puncak.

Sebagai daerah dengan slogan “Tegar Beriman” itu dalam waktu dekat akan melakukan razia. Penertiban di beberapa lokasi yang disinyalir menjadi tempat kawin kontrak terus dilakukan pihak berwenang.

BERITA TERKAIT :
Tahun Baru, Warga DKI Setengah Tajir Bakar Duit Di Puncak
Yang Liburan Ke Puncak Dan Kawasan Bogor Waspada, Musim Hujan Rawan Pohon Tumbang

Kardenal, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Bogor mengatakan, perkawinan antara pria Timur Tengah dengan wanita lokal yang memakai penghulu bodong, merupakan paktik pernikahan ilegal.

“Kenapa ilegal?, karena para penghulu yang menikahkan pria Timur Tengah dengan perempuan lokal, namanya tak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA). Mereka ini penghulu bodong. Kawin kok kontrak,” kata Kardenal.

Atas keberadaan penghulu bodong ini, Kardenal mengatakan, harus ada shock therapy yang diberikan Pemkab Bogor bagi penghulu bodong tersebut.

“Keberadaan penghulu bodong bertentangan dengan aturan. Ini merusak nama Kabupaten Bogor. Sisi berkeadabannya tidak ada sama sekali. Akan ada tindakan tegas,” ujar Kardenal.

Ia mengaku, kebijakannya ini, sudah disampaikan ke Bupati Bogor, Ade Yasin.

Menurut Kardenal, kesepakatan dengan Bupati Ade Yasin setelah rapat dengan Forkopimda, akan di ikuti dengan langkah nyata.

“Rapat membahas khusus soal kawin kontrak di puncak. Saya jelaskan ke Bupati. Kami sudah sepakat,” kata Kardenal.

Selain menertibkan penghulu beserta calonya untuk masalah kawin kontrak, pada rapat tersebut, dirinya juga meminta, adanya penertiban tulisan-tulisan berbahasa arab di pertokoan sepanjang jalan puncak di Tugu Selatan dan Tugu Utara.

“Kesannya di sana, seolah-olah itu permukiman arab. Adanya di pinggir jalan yang setiap waktu dilalui orang. Semua yang berbahasa arab, toko-toko yang berbahasa arab, seolah-olah menjadi kampungnya sendiri. Ini harus kita tertibkan. Puncak sebagai tujuan wisata,” papar Kardenal.