Rabu,  24 April 2024

“Kekuasaan Tak Pernah Hadir Dalam Persoalan Bencana Alam di Negeri Ini"

DRI
“Kekuasaan Tak Pernah Hadir Dalam Persoalan Bencana Alam di Negeri Ini
Gempa dan Tsunami di Palu,Sigi dan Donggala

RADAR NONSTOP - Indonesia memiliki posisi strategis sekaligus sangat berbahaya, karena memiliki potensi gempa yang besar. BMKG mencatat, ada 19 kali gempa besar yang merusak sepanjang tahun 2017 dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, korban cedera serta kerusakan rumah dan bangunan.

Ironisnya, tingginya aktivitas gempa bumi di negeri ini tidak sebanding dengan tingginya tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. 

"Padahal kita mengetahui struktur bangunan yang buruk dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai siaga bencana mayoritas menjadi faktor utama jatuhnya korban akibat bencana," kata Kolektif Pimpinan Nasional Relawan Kesehatan Indonesia (KPN Rekan Indonesia), Agung Nugroho melalui keterangan elektroniknya, Kamis (4/10). 

BERITA TERKAIT :
JARI’98 Turut Berduka Atas Bencana Gempa dan Banjir, Semoga Diberi Kesabaran dan Ketegaran Iman
Film "Dua Surga Dalam Cintaku" Tayang 21 Maret

Malangnya, sepanjang sejarah republik ini, kekuasaan tidak pernah hadir dalam persoalan bencana alam di negeri ini. Pemerintah selama ini hanya merespon selayaknya pemadam kebakaran setelah bencana lewat lalu kembali melupakan tentang kesiapsiagaan bencana. 

Dalam setiap pidato kenegaraan sepanjang silih bergantinya pemerintahan di negeri ini tidak pernah ada ungkapan tentang bahayanya republik ini yang secara demographi berada diatas garis cincin api. 

"Bencana sejatinya adalah bertemunya antara bahaya dan kondisi masyarakat yang rentan atau masyarakat yang tidak berdaya sehingga selalu menjadi korban," ujar Agung. 

Agung mengatakan, dalam konteks ini, saat terjadi bencana hanya ada tafsir tunggal, yakni masyarakat yang selalu menjadi korban (meninggal dunia, kehilangan harta benda, sakit, cacat dan lainnya). Tidak ada tafsir lain selain keadaan nyatanya seperti itu. 

Menurut Agung, ini bukti kekuasaan tidak pernah hadir di masyarakat. Mestinya kekuasaan memberdayakan masyarakat, melalui mitigasi bencana dan lainnya, sehingga masyarakat menjadi tidak rentan dan tidak jatuh korban terlalu banyak manakala ada bencana. 

Agung mengkhawatirkan jika ke depan masyarakat akan muak dengan kekuasaan lantaran ia tidak pernah memberi manfaat kongkret dalam kewajibannya melindungi jiwa atau kehidupannya. 

"PR kita bersama ke depan adalah bahwa bencana harus menjadi bagian yang integral dari perencanaan pembangunan bangsa," pungkas Agung.