Kamis,  25 April 2024

Panic Buying Corona, Imbas Simpang Siur Informasi Pemerintah

RN/CR
Panic Buying Corona, Imbas Simpang Siur Informasi Pemerintah
-Net

RADAR NONSTOP - Kepanikan warga begitu mendengar pengumuman Presiden Jokowi bahwa dua warga Depok positif corona ditengarai imbas dari simpang siur informasi pemerintah terkait Covid -19 tersebut.

Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan, respons masyarakat melakukan panic buying ini merupakan hal yang lumrah. Pasalnya, masyarakat terserang dampak psikologis besar dari masuknya corona di Indonesia.

Menurutnya, fenomena tersebut terjadi karena rakyat merasa kaget atas pengumuman masuknya virus corona ke Indonesia. Pengumuman tersebut cukup bertentangan dengan kepercayaan diri pemerintah bahwa virus corona belum masuk ke Indonesia.

BERITA TERKAIT :
Korupsi Covid-19 Di Kemenkes, KPK Jangan Ragu Borgol Para Pemain APD?
APD Covid-19 Dikorupsi, Anggota DPR Ihsan Yunus Pakai Masker Ke KPK?

"Pemerintah sendiri informasinya simpang siur. Tadinya optimis bilang zero corona karena iklim, atau apa, tetapi tiba-tiba ada yang sudah terjangkit," kata Enny.

Dampak dari kejadian tersebut kata Enny, telah memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap kesiapan pemerintah dalam mengatasi penyebaran virus corona. 

Ketidakpercayaan tersebut salah satunya ditujukan pada pengamanan pendeteksian virus di bandara. Kasus infeksi virus corona yang menimpa dua WNI kemarin membuat rakyat meragukan keakuratan teknologi yang dimiliki pemerintah untuk mendeteksi virus corona.

"Pertanyaannya, saat orang ini keluar masuk ke Indonesia, di imigrasi Indonesia kan enggak terdeteksi? Ini menimbulkan was-was masyarakat. Berarti yang dinyatakan aman keluar dan masuk itu belum tentu aman juga," jelasnya.

Ketidakpercayaan itulah yang kemudian memicu kepanikan. Panic buying, tambah Enny, juga memiliki dampak tersendiri bagi perekonomian, terutama bila dibiarkan terus berlarut-larut. 

Pasalnya, panic buying akan membuat peningkatan permintaan secara tajam. Kenaikan permintaan tersebut berpotensi memicu kelangkaan barang yang bisa berakhir pada kenaikan harga.

Dampak lain, munculnya oknum yang sengaja memanfaatkan momentum atas kenaikan permintaan untuk mengerek harga lebih tinggi dengan menyimpan stok barang. Hal tersebut dikhawatirkan dapat merusak harga barang di pasar, dan menimbulkan goncangan terhadap pembelian barang.

"Ketika terjadi shortage (kekurangan) terhadap pasokan, ini menjadi bermasalah. Bisa jadi juga, ini dimanfaatkan pemburu keuntungan, jadi tidak mengeluarkan stok untuk menaikkan harga. Apalagi bisa diperparah beberapa barang banyak diimpor dari China," pungkasnya.