Jumat,  26 April 2024

Terserah Percaya Atau Tidak, Ini Hasil Penelitian Perokok Bisa Kebal Corona? 

NS/RN/NET
Terserah Percaya Atau Tidak, Ini Hasil Penelitian Perokok Bisa Kebal Corona? 
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Anda boleh percaya atau tidak. Seorang peneliti asal Perancis menyebut kalau perokok lebih rendah risikonya terpapar virus corona COVID-19.

Penelitian tersebut dilakukan di Pitié-Salpêtrière Hospital, Paris. 

"Hasil penelitian kami hanya coba mengungkap fakta bahwa mereka yang merokok jauh lebih kecil risikonya mengalami infeksi, termasuk COVID-19, dibandingkan populasi umum," tulis laporan penulis di Pitié-Salpêtrière Hospital.

BERITA TERKAIT :
Korupsi Covid-19 Di Kemenkes, KPK Jangan Ragu Borgol Para Pemain APD?
APD Covid-19 Dikorupsi, Anggota DPR Ihsan Yunus Pakai Masker Ke KPK?

Peneliti menemukan, beberapa komponen asap tembakau dapat membantu melindungi tubuh perokok dari infeksi COVID-19. Namun sayang, zat apa yang mampu melindungi tubuh masih belum diketahui masti. Karena itu, masih perlu penelitian lebih lanjut.

Penelitian lanjutan ini rencananya akan melibatkan petugas kesehatan dan pasien, termasuk mereka yang dirawat intensif. Dengan sedikit keberuntungan, peneliti yakin akan menemukan zat apa yang terkandung di dalam rokok yang bisa melindungi tubuh dari infeksi virus.

"Jika penelitian ini berhasil, efeknya sangat signifikan. Penelitian akan dilakukan pada 5 pasien rawat jalan, dan 4 pasien dirawat di rumah sakit. Penelitian semacam ini jarang dilakukan dalam upaya menemukan pengobatan yang efektif," tambah laporan tersebut.

Peneliti juga menegaskan bahwa dengan keluarnya laporan ini jangan kemudian membuat Anda merokok bahkan mengajak orang lain merokok. Sebab, rokok masih menjadi penyebab 50% perokok meninggal dunia.

"Penelitian ini dibuat untuk membantu menemukan pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi COVID-19," tulis laporan tersebut. 

Situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebelumnya menyebutkan, ada kebiasaan perokok yang juga memperbesar faktor risiko tertular oleh virus Corona, yakni pasti sering menyentuh mulut atau memegang bagian wajah lainnya dengan tangan.

Apalagi ketika perokok memiliki penyakit paru-paru atau fungsi kerja paru-parunya sudah berkurang. Kondisi ini akan sangat meningkatkan risiko penyakit serius.

Perokok biasanya juga suka mencoba produk isap lainnya, seperti shisha dan vape. Terutama shisha yang biasanya digunakan secara bersamaan oleh sekumpulan orang akan menjadi medium penularan virus.

Nikotin Vs COVID-19 

Penelitian di Perancis juga mengungkapkan bahwa nikotin bisa melindungi orang dari infeksi virus Corona. Namun sebuah uji lanjutan direncanakan untuk menguji apakah zat tersebut bisa digunakan untuk mencegah atau mengobati virus corona.

Temuan tersebut muncul setelah para peneliti di rumah sakit terkenal Paris memeriksa 343 pasien virus corona bersama dengan 139 orang yang terinfeksi corona dengan gejala ringan.

Mereka menemukan bahwa sejumlah kecil dari mereka merokok, dibandingkan dengan tingkat merokok sekitar 35 persen pada populasi umum Prancis.

"Di antara pasien-pasien ini, hanya lima persen adalah perokok," kata Zahir Amoura, rekan penulis studi dan seorang profesor penyakit dalam dikutip dari AFP.

Penelitian menggemakan temuan serupa yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine bulan lalu yang menunjukkan bahwa 12,6 persen dari 1.000 orang yang terinfeksi di Cina adalah perokok. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada jumlah perokok reguler di populasi umum Cina, sekitar 26 persen, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Teorinya adalah bahwa nikotin dapat melekat pada reseptor sel, oleh karena itu menghalangi virus memasuki sel dan menyebar dalam tubuh, menurut ahli neurobiologi terkenal Jean-Pierre Changeux dari Institut Pasteur Prancis yang juga ikut menulis penelitian ini.

Para peneliti sedang menunggu persetujuan dari otoritas kesehatan di Perancis untuk melakukan uji klinis lebih lanjut.

Mereka berencana untuk menggunakan nikotin pada petugas kesehatan di rumah sakit Pitie-Salpetriere di Paris - di mana penelitian awal dilakukan - untuk melihat apakah itu melindungi mereka dari tertular virus.

Mereka juga telah menerapkan untuk menggunakan patch pada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk melihat apakah itu membantu mengurangi gejala dan juga pada pasien perawatan intensif yang lebih serius, kata Amoura.

Para peneliti sedang menyelidiki apakah nikotin dapat membantu mencegah "badai sitokin", reaksi berlebihan yang cepat dari sistem kekebalan tubuh yang menurut para ilmuwan dapat memainkan peran kunci dalam kasus COVID-19 yang fatal.

"Kita tidak boleh melupakan efek berbahaya nikotin," kata Jerome Salomon, pejabat kesehatan Prancis.

"Mereka yang tidak merokok sama sekali tidak boleh menggunakan pengganti nikotin", yang menyebabkan efek samping dan kecanduan, katanya memperingatkan.

Tembakau adalah pembunuh nomor satu di Prancis, dengan perkiraan 75 ribu kematian per tahun terkait dengan merokok.