Kamis,  25 April 2024

Virus Corona

SUTD Sebut September, Jokowi Yakin Juli, Ente Percaya Mana? 

Redaksi
SUTD Sebut September, Jokowi Yakin Juli, Ente Percaya Mana? 

RADAR NONSTOP - Kapan selesainya Corona memang belum bisa dipastikan. Beberapa prediksi menebut kalau wabah mematikan dari Wuhan, China itu akan selesai antara Juni dan Juli. 

Tapi, beberapa penelitian dan survei beberapa negara menyebut kalau penuntasan Corona di Indonesia mundur dan baru kelar pada September 2020. 

Nah, ada kabar baik dari Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini siap menekan Corona habis-habisan pada bulan Mei 2020. Upaya ini untuk memastikan agar bulan Juli 2020 sudah kelar.

BERITA TERKAIT :
Coorna Makin Ngegas, Jakut Jaktim Jaksel Horor Tuh
Kinerja Plt Walkot Bekasi Dibandingkan Dengan Benner

"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai sesuai dengan target yang kita berikan, yaitu kurvanya sudah harus turun. Dan masuk pada posisi sedang di Juni, di bulan Juli harus masuk posisi ringan. Dengan cara apa pun," kata Jokowi melalui siaran di Youtube, Rabu (6/5/2020).

Jokowi akan melibatkan semua pihal agar bisa mencapai target tersebut. Termasuk di antaranya sektor swasta dan organisasi kemasyarakatan.

"Itu dilakukan tidak hanya oleh Gugus Tugas tapi juga melibatkan seluruh elemen bangsa," katanya.

Dia mengingatkan agar masyarakat selalu displin dalam menjaga jarak. Jokowi menyebut disiplin merupakan satu-satunya kunci melawan virus Corona.

"Saya yakin jika kita bersatu, jika kita disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, semua rencana yang sudah kita siapkan yang lalu bisa mengatasi Covid secepat-cepatnya," ucapnya.

Singapore University of Technology and Design (SUTD) sebelumnya meramalkan prediksi akhir dari wabah Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia. SUTD awalnya memprediksikan 6 Juni 2020 pandemi Covid di RI akan berakhir. Namun, diperbarui pada Minggu (3/5/2020) menjadi 23 September 2020.

Dibandingkan dengan negara tetangga, data SUTD menunjukkan Singapura akan lebih dulu mengakhiri wabah Covid-19, yaitu pada 12 Juni 2020. Sedangkan Malaysia menyusul mengakhiri wabah Covid-19 di 16 Juli 2020.

Data yang dimuat dalam laman web SUTD 'When Will COVID-19 End' ini menggunakan artificial intelligence (AI) yang berbasis pada model matematika tipe susceptible-infected-recovered (SIR).

Model SIR ini diregresikan dengan data dari berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi. Sehingga bisa didapatkan perkiraan kapan pandemi tersebut akan berakhir di masing-masing negara dan dunia, dengan kode dari Milan Batista dan data terbaru yang dihimpun dari Our World in Data.

"Situs ini menyajikan proyek penelitian independen, tidak didanai oleh lembaga apa pun, dan tidak terikat pada perusahaan, pemerintah, atau partai politik mana pun. Kami menerima bila ada masukan yang sangat besar, feedback, saran, dan dukungan dari orang-orang dan komunitas di dunia yang memungkinkan untuk perbaikan berkelanjutan dari penelitian ini," tulis situs SUTD.

Selain itu disebutkan, data prediksi tersebut hanya ditujukan untuk penelitian dan pendidikan, sehingga sangat mungkin jika terdapat kesalahan. Maka dari itu para pembaca dihimbau agar berhati-hati saat melihat prediksi tersebut.

"Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Optimis yang berlebihan berdasarkan perkiraan tanggal akhir adalah berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan harus dihindari," lanjut keterangan dalam situs SUTD.

Dalam keterangan pers, Senin (4/5/2020), Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo bilang Indonesia tidak akan terbebas sepenuhnya dari wabah Covid-19 selama vaksin penyakit tersebut tak kunjung ditemukan. Situasi berbeda bisa saja terjadi, apabila vaksin segera ditemukan.

Doni mengemukakan dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk masa pemulihan pasca Covid-19. Di samping itu, kondisi ini tentu akan mengubah gaya kehidupan seluruh elemen masyarakat.

"Kalau toh sudah berkurang, kehidupan kita akan dipengaruhi oleh perilaku yang relatif menurut kita nggak nyaman. Kita harus tetap pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, dan kegiatan keluar rumah harus dilakukan kalau penting," katanya.

Doni pun buka suara perihal statistik data pasien Covid-19 di sejumlah daerah yang memungkinkan adanya peluang melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Menurutnya, hal itu akan sulit dilakukan.