Jumat,  29 March 2024

Sekolah Mau Dibuka, Emak-Emak: Kalau SD Dan SMP Rawan 

NS/RN/NET
Sekolah Mau Dibuka, Emak-Emak: Kalau SD Dan SMP Rawan 

RADAR NONSTOP - Emak-emak galau. Mereka resah jika sekolah dibuka pada saat pandemi Corona. 

Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hingga 18 Mei 2020, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) usia anak mencapai 3.324 dan sebanyak 129 anak berstatus PDP meninggal dunia. Temuan ini, menunjukkan anggapan kelompok usia anak tidak rentan terhadap COVID-19 atau hanya akan menderita sakit ringan saja tidak benar.

"Kalau SD dan SMP apalagi TK kan rawan. Mana mungkin mereka bisa jaga jarak," tegas Tini warga Depok, Jawa Barat kepada wartawan, Jumat (29/5). 

BERITA TERKAIT :
Penetapan Hasil Pemilu Bikin Parno, Sekolah Dekat Gedung KPU Disuruh Belajar Di Rumah
Pj Gubernur DKI Pastikan KJMU Jalan Terus, Kaum Nyinyir Salah Tembak

Hal senada diucapkan Rina. Warga Serpong, Tangsel ini menyatakan, sebaiknya ada metode jelas dari pemerintah soal mengantisipasi sekolah. 

"Kelamaan di rumah juga gak bagus. Tapi apa ada jaminan jika sekolah sisa aman," ungkapnya. 

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat sebelumnya meminta pemerintah dalam hal ini Kemendikbud.

"Penting juga untuk belajar dari negara lain untuk melihat metode paling efektif, termasuk ke negara yang sudah terlebih dahulu membuka kegiatan di sekolah, sebelum masuk tahun ajaran baru," kata wanita yang akrab disapa Rerie dalam keterangannya, Jumat (29/5/2020).

Pendidikan, imbuh Rerie, memang merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar karena menyangkut generasi penerus. Ia berpendapat, apabila pemerintah memutuskan untuk membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah, perlu dirumuskan protokol kesehatan yang tepat, seperti pengaturan jarak bangku di kelas, menyiapkan fasilitas tempat cuci tangan sebanyak mungkin di sekolah, mengatur jarak bangku kantin, menyiapkan masker, dan sebagainya.

Rerie mengambil contoh. salah satu sekolah di Korea Selatan yang memodifikasi sedemikan rupa bangku sekolah mereka dengan menyiapkan partisi.

"Hal ini perlu dipikirkan sejak jauh hari sebelum membuka kembali kegiatan di sekolah," imbuhnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim sebelumnya menegaskan bahwa keputusan pembukaan kembali sekolah akan ditetapkan berdasarkan pertimbangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (Coronavirus Disease (COVID-19) bukan sepihak oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Harus diketahui bahwa Kemendikbud sudah siap dengan semua skenario. Kami sudah ada berbagai macam. Tapi tentunya keputusan itu ada di dalam Gugus Tugas, bukan Kemendikbud sendiri. Jadi, kami yang akan mengeksekusi dan mengoordinasikan," kata Mendikbud dalam Rapat Kerja secara telekonferensi dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), di Jakarta, Rabu (20/5/2020).

Keputusan mengenai waktu dan metodenya, lanjut Mendikbud, akan juga berlandaskan pertimbangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

"Keputusan kapan, dengan format apa, dan seperti apa, karena ini melibatkan faktor kesehatan, bukan hanya pendidikan, itu masih di Gugus Tugas," imbuh Mendikbud.

Terkait adanya berbagai rumor maupun pemberitaan yang mengabarkan Kemendikbud akan membuka sekolah pada awal tahun ajaran baru di bulan Juli dinyatakan Mendikbud tidak benar.

"Kami tidak pernah mengeluarkan pernyataan kepastian, karena memang keputusannya bukan di kami. Jadi mohon stakeholders atau media yang menyebut itu, itu tidak benar," tegas Nadiem.

Mendikbud menambahkan bahwa di banyak negara, awal tahun ajaran baru relatif tetap. Adapun demikian, penyesuaian metode belajar disesuaikan dengan kondisi dan status kesehatan masyarakat di masing-masing wilayah.

"Kemendikbud menilai saat ini tidak diperlukan adanya perubahan tahun ajaran maupun tahun akademik. Tetapi metode belajarnya apakah belajar dari rumah atau di sekolah akan berdasarkan pertimbangan gugus tugas," tutur Mendikbud.

Kemendikbud sebelumnya sudah memiliki tiga skenario tentang pembukaan kembali proses belajar mengajar di sekolah. Ketiga skenario tersebut dipilih dan dipertimbangkan dengan baik dan penuh hati-hati. Ketiga skenario tersebut pertama, jika Covid-19 berakhir pada akhir Juni 2020, siswa masuk sekolah tahun pelajaran di minggu ketiga Juli 2020.

Kedua, jika Covid-19 berlangsung sampai September 2020, siswa belajar di rumah dilaksanakan sampai September. Dan terakhir, semua siswa belajar di rumah selama satu semester penuh jika Covid-19 sampai akhir tahun 2020.