Jumat,  26 April 2024

Kritisi Polri, IPW Minta Kapolri Evaluasi Sikap Dan Perilaku Anak Buahnya

BCR/RN/Doni
Kritisi Polri, IPW Minta Kapolri Evaluasi Sikap Dan Perilaku Anak Buahnya
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane/Net

RADAR NONSTOP - Indonesia Police Watch (IPW) menilai, apa yang terjadi di Amerika Serikat (AS), berpotensi juga terjadi di Indonesia saat ini. Kekacauan yang terjadi di AS, menurutnya adalah akibat sikap anggota polisi yang mengedepankan arogansi.

Melalui siaran pers yang diterima Radarnonstop.co (Rakyat Merdeka Group) menyampaikan, IPW menilai Kapolri Idam Azis perlu mengevaluasi sikap prilaku dan kinerja para Kapolda dan Kapolresnya.

Permintaan itu, dihatapkan agar kinerja polisi benar-benar promoter, sehingga kerusuhan dan kekacauan di AS tidak terjadi di Indonesia.

BERITA TERKAIT :
Saling Kunci, Kubu Ganjar Teriak Kapolri, Tim Prabowo Seret Nama Kepala BIN
Bully Di Sekolah Jakarta Marak, Kekerasan Antar Siswa Bikin Ngeri

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menyampaikan, kematian warga kulit hitam George Floyd di Minneapolis, AS, akibat ulah anggota polisi yang semena-mena dan tidak mengindahkan hak asasi manusia. 

"Di Indonesia sikap polisi yang semena-mena, arogan, melakukan krimialisasi, berpihak, tidak peka, dan mencederai rasa keadilan masyarakat sudah menjadi rahasia umum yang sering terjadi," terang Neta seperti rilis yang diterima wartawan, Jum'at (5/5/2020).

Neta menjelaskan, berbagai keluhan yang disampaikan masyarakat ke IPW, terutama dari daerah yang kemudian disampaikan ke elit-elite kepolisian sering kali tidak cepat disikapi secara promoter. 

Padahal, kata Neta S Pane, sikap seperti ini bisa menjadi api dalam sekam yang memicu kekacauan seperti yang terjadi di tahun 1998.

"Aksi teroris yang membuat terbunuhnya anggota polisi di sebuah Polsek di Kalimantan Selatan menunjukkan betapa tidak promoternya Polri. Anggota polisi saja bisa terbunuh di kantornya, lantas apa yang bisa diharapkan masyarakat dari polisi dalam menjaga keamanan publik,"katanya.

IPW menilai peristiwa yang terjadi di Kalimantan Selatan dinilai ironis. Pasalnya, dalam kasus tersebut hanya Kapolresnya yang dicopot, sementara Kapoldanya tidak tersentuh hukuman. 

Padahal, sambung Neta, peristiwa itu terjadi akibat tidak berjalannya sistem deteksi dini dan lemahnya kinerja intelijen yang dibangun Kapolda hingga teroris bisa mengobok obok kantor polisi.

"Sebab itu sudah saatnya Kapolri mengevaluasi sikap prilaku dan kinerja para Kapolda dan Kapolresnya. Kapolda dan Kapolres yang mengkriminalisasi hak-hak ulayat atau mengkriminalisasi pengusaha lokal dengan tujuan tertentu atau diperalat pihak tertentu untuk mencederai rasa keadilan publik atau tidak becus bekerja secara promoter harus dicopot dari jabatannya dan dimasukkan ke dalam "kotak" dan kotaknya digembok tiga," urai Neta.

IPW menegaskan, perilaku polisi seperti itu dinilai tidak pantas menjadi pimpinan kepolisian dan hanya akan menjadi benalu buat masyarakat maupun Polri.

Bahkan, IPW menilai terjadinya krisis ekonomi sebagai dampak pandemik Covid 19 harus diwaspadai Polri. Sebab krisis ini bisa menjadi krisis sosial dan politik. 

"Jika dalam multi krisis ini jajaran polri tidak promoter dan lebih mengedepankan arogansi, seperti apa yang dialami Goerge Floyd, bukan mustahil kekacauan seperti di AS akan terjadi di Indonesia, apalagi persoalan di Indonesia sangat kompleks dan pelik," tandasnya.