Kamis,  25 April 2024

Tagihan Listrik Bengkak, DPR Mana Suara Mu?

NS/RN/NET
Tagihan Listrik Bengkak, DPR Mana Suara Mu?
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Tagihan listrik bengkak masih membuat masyarakat bingung. Mereka tidak habis pikir disaat lagi sulit malah naik. 

"Gaji kita aja dipotong, ini kok tagihan listrik malah naik," ungkap Mamat warga Bekasi, Jawa Barat, Selasa (9/6). 

Biasanya kata dia, dirinya per bulan hanya kena Rp 600 ribu. "Ini kok jadi 1,1 juta. Kalaupun pemakaian naik saat WFH masa sampai segitu. Saya harap DPR bisa bersuara lah," ucapnya. 

BERITA TERKAIT :
Pembatasan Mobil Pribadi Muncul Lagi, Ide Basi Hapus Kemacetan Jakarta
Pemuda Pancasila Bukan Ormas Kaleng-Kaleng, 62 Kadernya Jadi Anggota DPR Dan DPD RI 

Mujia warga Cengkareng, Jakbar juga kesal. "Kami tidak habis pikir, lha buat makan aja kami susah. Pak DPR tolonglah dibela rakyat," sindirnya. 

Di media sosial, warganet juga meluapkan emosi kepada PLN. "Ini namanya mencekik, rkyat susah, mana dpr," tulis netizen di Facebook.

Diketahui, PT PLN (Persero) telah mengeluarkan kebijakan untuk meringankan beban masyarakat yang tagihan listriknya jebol karena pemakaian listrik yang lebih besar saat work from home (WFH). Serta, karena perhitungan meteran listrik berdasarkan rata-rata 3 bulan terakhir.

Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan, PLN mengeluarkan kebijakan di mana kelebihan tagihan listrik itu bisa dicicil.

"Kami punya perhitungannya perkiraannya 60% dari kenaikan dicicil selama 3 bulan mulai bulan depan. Sementara 40% dari kenaikan dibayarkan Juni ini," kata Yuddy dalam sebuah diskusi webinar bertajuk tagihan listrik naik selama pandemi, di Jakarta Senin (8/6/2020).

"Kita paham kondisi para pelanggan dengan angsuran tersebut bisa meringankan," ujarnya.

Ia pun memberikan sebuah simulasi. Misalnya, tagihan listrik yang biasa dibayar pelanggan ialah Rp 1 juta. Karena perhitungan rata-rata, yang dibayarkan pelanggan tetap Rp 1 juta padahal karena WFH yang harusnya dibayarkan ialah Rp 1,6 juta.

Nah, kelebihan sebanyak Rp 600 ribu inilah yang bisa dicicil. Sebanyak 40% dibayar di bulan Juni, artinya, pelanggan membayar tagihan listrik biasanya Rp 1 juta ditambah 40% tersebut.

"Maka yang saya bayar Juni adalah Rp 1 juta ditambah 40% kali kenaikan tadi Rp 600 ribu, Rp 240 ribu. Berarti di Juni saya membayar Rp 1.240.000," ungkapnya.

Sementara, sisanya sebanyak Rp 360 ribu atau 60% kenaikan tadi dicicil 3 bulan untuk Juli, Agustus, dan September.

"Sisanya Rp 360 ribu dibayar selama 3 bulan masing-masing Rp 120 ribu Juli, Agustus, September. Pemakaian saya di bulan Juli apa adanya berapa, ditambah Rp 120 ribu untuk bulan Juli, Agustus, September," tutupnya.