Sabtu,  20 April 2024

Reklamasi Ancol Salah Judul 

Redaksi
Reklamasi Ancol Salah Judul 
Demo tolak Rekalamasi Ancol di Jakarta.

RADAR NONSTOP - Ancol menjadi pusat wisata Jakarta terbesar. Ancol juga tercatat sebagai penyumbang pendapatan hasil daerah atau PAD paling tinggi bagi ibukota. 

Padahal saham Ancol sudah tidak 100 persen milik Jakarta. 

Ketimbang Monas dan TMR Ragunan, Ancol menjadi magnet minatur dan simbol wisata Jakarta. Kini wisata pantai yang digagas almarhum Gubernur Ali Sadikin pada 1966 itu lagi gaduh. 

BERITA TERKAIT :
PPSU Jangan Baperan, Maksud Lurah Ancol Nyuruh Nabung Biar Gak Miskin
Bang Yos Mau Bantu Anies, Kursi Komisaris Ancol Jadi Rebutan 

Rencana reklamasi membuat publik melotot. Lalu mengingat lagi janji Anies Baswedan saat kampanye menumbangkan Ahok. 

Anies habis di-bully. Aksi bakar ban terjadi dan demo marak. 

Kenapa reklamasi Ancol? 

Jika Ancol yang memiliki luas sekitar 552 hektar masih seperti sekarang, bukan tidak mungkin bakal jadi barang rongsokan. Orang jenuh dan bosan dengan konsep wisata saat ini. 

Pantai publiknya tak nyaman karena adanya pendangkalan air laut. Sumpek dan bak ikan teri jika berenang di laut Ancol. 

Satu-satunya cara adalah perluasan. Tapi, isu reklamasi yang diteken Anies seluas lebih-kurang 35 hektare (ha) dengan Kepgub 237 Tahun 2020 keburu gelinding. Padahal reklamasi Ancol beda dengan pulau L dan K di Teluk Jakarta. 

Di Pulau L dan K, laut dalam diuruk dan dijadikan rumah komersil yang harganya belasan miliar rupiah. Untungnya buat swasta dampaknya banjir di mana-mana. 

Kalau Ancol, dinikmati publik, untungnya buat kas daerah dan kembali ke publik. Walaupun hanya sebagian. Dampak banjir pun tidak ada. Semoga. 

Rakyat Jakarta bisa berenang. Tak lagi harus ke Anyer, Banten atau Bali. Cukup naik busway, lalu numpang mobil wara-wiri yang gratis. 

Tapi nasi sudah jadi bubur. Tinggal bagaimana racikan judul reklamasi yang bubur itu diolah agar enak disantap. Bisa diaduk atau makan dari pinggir. Tergantung selera saja.

Cobalah setiap Sabtu-Minggu pagi jam 5:30 WIB datang ke pantai Ancol, banyak orang berendam. Dari anak muda hingga tua yakin kalau air laut pagi hari bisa menjadi terapi kesehatan. 

Jika Ancol diperluas lalu ada pantai publik maka bukan hanya menambah PAD tapi wisata pantai itu bisa menjadi alat terapi kesehatan di pagi hari. 

Ancol pertama kali didirikan oleh Gubernur Ali Sadikin. Dia ingin, warga ibu kota punya wisata pantai murah meriah dan tidak harus pergi jauh-jauh. 

Perluasan Ancol sudah dilakukan beberapa kali. Di era Sutiyoso hingga Fauzi Bowo. Mal Ancol dekat kuburan (Ancol Beach City) adalah produk reklamasi era Fauzi Bowo. 

Tapi reklamasi dulu tak segaduh sekarang. Karena, tak ada Pulau L dan K yang sudah berdiri rumah-rumah mewah milik para kaum orang tajir. 

Ancol pastinya menjadi seksi karena Pulau L dan K bisa saja membonceng isu rekalamsi. Kalau Ancol bisa kenapa Pulau L dan K tidak boleh.