Jumat,  19 April 2024

Banyak OTG, Orang Bodetabek Masuk Jakarta Pakai Masker Dong  

NS/RN/NET
Banyak OTG, Orang Bodetabek Masuk Jakarta Pakai Masker Dong  
Ilustrasi cek suhu di DKI Jakarta.

RADAR NONSTOP - Tambahan 404 kasus Corona baru ternyata didominasi oleh orang tanpa gejala (OTG). Sejak 4 Juni 2020 atau masa perpanjangan PSBB masa transisi, terdapat 6.748 kasus baru.

Dari pantaun radar nonstop, ternyata warga dari luar Jakarta banyak yang 'bangor'. Mereka masuk ke Jakarta tidak pakai masker. 

Di Stasiun Tanah Abang dan Jakarta Kota misalnya, banyak orang Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau Bodetabek masuk ke ibu kota tak pakai masker. Kalaupun pakai maskernya ada di dagu. 

BERITA TERKAIT :
Jakarta Bukan Ibu Kota Dan Kini Jadi DKJ, Simbol DKI Segera Dicopot 
H-4 Lebaran, Jabodetabek Kosong Dan Bebas Macet, 5,2 Juta Warga Mudik Idul Fitri

Saat ditanya kenapa masker tidak menutupi mulut dan hidung, para penumpang KRL itu mengaku karena pengap. "Sumpek dan pengap mas. Susah nafas," ucap Ijul warga Bogor, Jawa Barat saat ditemui di Stasiun Tanah Abang, Jakpus, Senin (13/7).

Habil warga Tangerang juga mengakui kalau dirinya lupa bawa masker. "Ini baru mau beli mas. Saya lupa bawa masker," ungkapnya dengan nada enteng di Stasiun Jakarta Kota. 

Data dari corona.jakarta.go.id pada Senin (13/7/2020) dini hari, menyebutkan, pasien positif berjumlah 14,361 pasien, meninggal 702 orang, dirawat 554 orang, sembuh 9,200 orang dan isolasi mandiri 3,905 orang.

"Tapi saya perlu ingatkan kepada semua, 66 persen dari (kasus baru) yang kita temukan adalah OTG (orang tanpa gejala). Orang yang dia tidak sadar bahwa dia sudah terekspos. Artinya, kalau saja mereka tidak kami datangi, tim puskesmas tidak melakukan testing, barangkali yang bersangkutan tidak pernah merasa bahwa positif, bahwa dia membawa virus COVID-19," ucap Anies Baswedan dalam video '12 Jul 2020 Gub Anies Baswedan Update Perkembangan Penanganan Covid-19' di akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, Minggu (12/7/2020).

Atas dasar itu, Anies meminta masyarakat tetap waspada. Mungkin masih ada orang dengan gejala positif di masyarakat tapi tidak menyadarinya.

"Inilah sebabnya mengapa kita harus ekstrahati-hati. Berbeda kalau positif yang kita temukan adalah yang sakit, yang datang ke rumah sakit, datang ke puskesmas. Tidak! Ini 66 persen adalah orang yang kita temukan karena kita melakukan testing (dengan active case finding)," ucap Anies.

"Jadi saya ingin mengingatkan kepada semua warga Jakarta harus ekstrahati-hati. Jangan anggap enteng. Jangan merasa kita sudah bebas dari COVID-19. Karena nanti, kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini. Karena itulah saya ingin menyampaikan kepada semuanya, ada titik-titik yang harus diwaspadai," ujarnya.

Sebelumnya, perkembangan rasio antara jumlah kasus yang terkonfirmasi positif atau positivity rate kasus virus Corona (COVID-19) di wilayahnya. Ada peningkatan drastis yang harus harus jadi perhatian.

"Sebagai catatan, tanggal 4-10 Juni di Jakarta kita melakukan 21.197 orang di tes dan positivity rate-nya 4,4 persen. Lalu tanggal 11-17 Juni, 27.091 orang dites tingkat positivity rate-nya 3,1. Lalu 18-24 Juni ada 29.873 orang yang dites, positivity rate-nya 3,7 persen," ucap Anies.

"Kemudian 25 Juni-1 Juli ada 31.085 orang yang dites PCR, kemudian positivity rate-nya 3,9 persen. Lalu 2-8 Juli ada 34.007 orang, positivity rate-nya 4,8 persen. Tapi hari ini angka positivity rate itu menjadi 10,5 persen, melonjak dua kali lipat," tambah Anies.