Kamis,  25 April 2024

Pemkot Klaim Udara Di Tangsel Masih Bersih

Doni
Pemkot Klaim Udara Di Tangsel Masih Bersih
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) akhirnya memberikan penjelasan mengenai tudingan adanya udara di Tangsel kotor dan berbahaya.

Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel, Pemkot mengklaim bahwa udara di Tangsel masih bersih berdasarkan data pemantauan kualitas udara pada 2019, Kamis (16/7/2020).

Kasie Pemantauan Kualitas Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Tangsel, Laily Khoirilla menegaskan, pihaknya tidak menggunakan IQAir dalam pengukuran kualitas udara di Tangsel.

BERITA TERKAIT :
Bangun Koalisi Besar Bersama PDIP, Wali Kota Tangsel Siap Nyeruduk 
Tiket Golkar Sudah Dibagi, Airin Ke Banten, Khofifah Jatim, Bobby Sumut & Atalia Kota Bandung

Akan tetapi, kata Laily, pada periode tahun 2020 pihaknya mengakui belum mengambil data lantaran tengah melakukan metode sederhana dalam pengukuran kualitas udara ambien dengan menggunakan parameter ukur SO2 dan NO2 (Metode passive sampler, red).

"Kita tidak menggunakan IQAir sebagai acuan, kalau tahun ini kami belum ngambil data karena sekarang lagi proses passive sampler. Tahun 2019 kami sudah melakukan pemantauan kualitas udara dan hasilnya masih baik dan kita juga melakukan proses evaluasi kualitas udara perkotaan yang dinilai dari kementerian juga hasilnya baik,"urai Laily Khoirilla.

Seperti diketahui, tudingan udara di Tangsel kotor dilontarkan pendemo yang menamakan diri sebagai Gerakan Pulihkan Tangsel di Balaikota Tangsel pada Selasa (14/7/2020) lalu. Tudingan itu dilontarkan pendemo berdasarkan data IQAir yang ada diseputaran Griya Loka, BSD, Serpong.

Dengan begitu, DLH nantinya akan membuat perbandingan pengukuran udara yang dihasilkan IQAir dengan metode passive sampler yang digunakan dalam pengukuran udara di seputaran Griya Loka, BSD, Serpong.

"Nanti data tersebut dihitung menggunakan rumus-rumusan yang ada dari kementerian terkait indeks kualitas udara. Selain itu juga nanti dilakukan bulan Agustus ada pemantauan udara ambien dengan metode manual, jadinya 24 jam di sana (Griya Loka, red)," terang Laily.

Laily menjelaskan, passive sampler akan dipasang selama 14 hari dilokasi terdekat alat IQAir. Setelah 14 hari dikirim ke laboratorium dan nanti keluar hasilnya untuk dianalisa lagi. 

"Untuk yang metode manual nanti rencananya Agustus. Manual itu maksdunya kita pasang alat di sana dan didiamkan selama 24 jam. Ada operator yang nanti pengujiannya untuk 9 parameter, salah satunya PM2,5," ungkapnya.

Ada tiga titik udara yang dilakukan passive sampler dengan metode 24 jam perhitungannya. Tiga titik itu berada di taman perdamaian, perbatasan BSD dengan Kabupaten dan Tangsel, satu lagi di daerah Maruga atau kantor walikota Tangerang Selatan.

Sebab, kata Laily, dalam pantauan berdasarkan alat AQMS (air quality monitoring system) yang dimiliki Provinsi Banten, udara di Tangsel hasilnya sangat bagus. Untuk itu, pihaknya akan melakukan perbandingan pengukuran udara. 

"Jadi, dia otomatik ISPU (indeks standar pencemar udara) itu hasilnya baik kalau dari alat AQMS punya provinsi,"beber Laily Khoirilla.

Dengan demikian, DLH memprediksi pengukuran udara yang dihasilkan IQAir di Griya Loka masih dominan polusi dari emisi kendaraan. Sebab, daerah tersebut bukan merupakan daerah industri maupun lokasi pabrik.