Sabtu,  20 April 2024

Sylviana Murni: Milenial Harus Mampu Menciptakan Karya

NS/RN
Sylviana Murni: Milenial Harus Mampu Menciptakan Karya

RADAR NONSTOP - Kaum muda atau yang ngetren disebut milenial harus mampu menciptakan karya. Karena dengan karya, milenial mampu merawat NKRI.

Hal ini ditegaskan anggota DPD RI dari Jakarta, Sylviana Murni kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (31/10). Menurutnya, hidup diera serba canggih bukan menjadi jaminan seseorang bisa langsung melambung tinggi di puncak kesusksesan dengan sangat instan. 

"Lalu apa yang dibutuhkan oleh generasi milenial? Jalannya hanya satu, yang membedakan kita dengan yang lainnya adalah melalui karya. Karena dengan karya Anda akan dikenang untuk bangsa ini," tegas mantan Wali Kota Jakpus yang akrab disapa Mpok Sylvi ini.

BERITA TERKAIT :
Bang Dailami Tolak Pramuka Dihapus dari Ekskul Wajib Sekolah
PSI Habiskan Duit 80 Miliar, Tapi Suranya Kalah Dengan Komeng Yang Modal Dikit

Generasi sekarang kata dia, bisa disebut dengan GEN Y atau generasi milenial. Generasi ini tumbuh dan berkembang pada zaman yang canggih dan kecepatan teknologi serta akses informasi yang mudah didapat.

"Generasi milenal juga punya banyak keunggulan serta peluang kesempatan yang gemilang dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Positifnya, generasi milenial akan semakin mudah dalam mendapatkan informasi. Jika digunakan dengan baik, akan menghasilkan pikiran kreatif dan aktif dalam berbagai kegiatan," terang Ketua Komite III DPD RI ini.

Milenial lanjut Mpok Sylvi akan semakin tertantang dalam mencapai mimpi mereka dengan cara kreatif dan bisa berbagi dengan sesama dengan cara yang unik. Contohnya lahir berbagai aplikasi yang sangat mempermudah kehidupan sehari-hari.

"Negatifnya, jika generasi milenial tidak memanfaatkan teknologi dengan baik, maka siap tidak siap ia akan dikendalikan oleh teknologi. Istilahnya biasa disebut sebagai generasi menunduk. Generasi yang aktif bermain gadget seharian tanpa memikirkan lingkungan sekitar atau biasa disebut unsos, suatu kegiatan update status yang hanya untuk tujuan eksis serta mengharapkan banjir pujian. Dan yang paling parah adalah fenomena sosial climber, di mana seseorang ingin terlihat kaya di media sosial dan berbanding terbalik dengan kehidupan nyata," ucapnya.

Hidup di zaman serba canggih dengan segala keparipurnaan teknologi bukan menjadi jaminan seseorang bisa langsung melambung tinggi di puncak kesusksesan dengan sangat instan. 

"Lalu apa yang dibutuhkan oleh generasi milenial? Jalannya hanya satu, yang membedakan kita dengan yang lainnya adalah melalui karya. Namun bicara karya tentu tidak hanya sekadar ikut-ikutan dan berbasis kecepatan. Semua harus dilandasi dengan pedoman keahlian yang konsisten di asa dan dapat menunjukkan ciri dari otentisitasnya. Dari sinilah dengan penuh keyakinan karya tidak hanya sekadar menjadi karya, tentu juga dapat menghasilkan," bebernya. 

Mpok Sylvi menambahkan, yang perlu diingat, kalau hanya satu kali seseorang menang catur, tentu tidak akan dianggap jago main catur. 

"Perlu berkali-kali menang untuk dianggap jago main catur. Begitu pula juga dengan seseorang yang satu kali kehilangan dompet, tidak akan disebut pelupa, kalau tidak dilakukan secara berulang-ulang. Prestasi hanya jeda bernapas, sebab stimulus setiap manusia saat merespons pencapaian adalah bukan dengan kepuasan. Tapi mengembalikannya pada agenda baru. Jadi, apa personal branding-mu? Mari berkarya," tukas Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Squash Indonesia (PB PSI) ini.