RN - Banjir yang melanda Bali mejadi cambuk untuk bebenah. Banjir parah melanda sejumlah wilayah di Bali pada Rabu (10/9) imbas hujan deras yang mengguyur daerah tersebut.
Hingga saat ini, proses pencarian korban yang hilang masih terus dilakukan. Berdasarkan data BPBD Bali, tercatat 17 orang meninggal dunia dalam banjir tersebut.
Sebanyak 11 orang di Denpasar, 3 orang di Kabupaten Gianyar, 2 orang di Kabupaten Jembrana, dan 1 orang di Kabupaten Badung. Sementara empat orang dinyatakan hilang terseret arus air.
Data dari Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq kalau kawasan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung di wilayah Bali berubah drastis sejak 2015 lalu.
Dari sekitar 49.500 hektare hutan yang berada di sepanjang DAS Ayung, kini lahan yang ditumbuhi pepohonan hanya tersisa sekitar 1.500 hektare atau 3 persen.
"Jumlah totalnya 49.500 hektare. Kemudian dari 49.500 hektare itu yang ada pohonnya hanya sekitar 1.500 hektare atau boleh dikatakan hanya 3 persen. Tadi, Pak Gubernur juga agak kaget," kata Faisol saat menggelar rapat bersama Gubernur Bali, Wayan Koster, di Rumah Jabatan Gubernur Bali, di Denpasar, Sabtu (13/9) malam.
"Memang secara ekologis paling tidak untuk daerah aliran sungai mampu menahan ekosistem di bawahnya itu paling tidak, harus 30 persen. Nah, ini DAS Ayung ini salah satu DAS yang penting. Karena di bawahnya ada Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan jadi itu cukup serius," lanjutnya.
Hanif berharap tidak ada lagi alih fungsi lahan di sepanjang DAS Ayung untuk kegiatan pembangunan vila atau penginapan dan lainnya yang akan mengganggu serapan air. "Jadi yang paling banyak pemukiman. Ini memperburuk kapasitas kemampuan lingkungan dari daerah wisata, salah satunya Denpasar dan Badung, jadi wajib ditanam (pohon)," ujarnya.
Hanif mengatakan alih fungsi lahan DAS Ayung telah berlangsung sejak tahun 2015 sampai 2024. Menurutnya, terjadi perubahan fungsi kawasan selama hampir 10 tahun terakhir secara drastis.
"Awalnya hampir 2.000 (hektare) tetapi berkurang 400 (hektare) hingga saat ini tinggal 1.500 (hektare). Itu cukup sangat serius, sehingga hujan yang ekstrim atau hujan yang lebat aja itu sudah ngaruhnya sangat besar untuk Bali di bawah," ujarnya.
Sudah Normal
Gubernur Bali, Wayan Koster mengklaim kondisi sejumlah daerah yang diterjang banjir sudah aman dan kondusif. Ia meminta wisatawan asing atau wisatawan domestik tidak perlu khawatir untuk berlibur ke Pulau Bali.
Koster mengklaim kunjungan wisatawan asing ke Pulau Bali tetap normal setelah banjir besar memporak-porandakan sejumlah daerah.
"Hal berikut yang perlu saya clear-kan lagi, adalah Bali sudah aman dan kondusif. Tidak ada masalah dengan akses ke Bandara I Gusti Ngurah Rai.
"Pariwisatanya juga normal, saya mengecek per hari, sejak terjadi banjir, tidak ada perubahan angka yang berkunjung ke Bali, wisatawan asingnya, tetap di kisaran 21-22 ribu per hari," kata dia, saat jumpa pers usai menggelar rapat terkait penanganan banjir, di Denpasar, Sabtu (13/9) malam.
"Kalau air sudah kering. Jadi sudah selesai semua. Kemudian dalam beberapa hari ke depan, pedagang sudah bisa mulai aktif lagi berjualan. Kemudian, mengenai ganti rugi (kepada pedagang terdampak) sedang didata oleh Pak Walikota (Denpasar)," ujarnya.
"Yang kios, juga ruko, yang lapak. Itu sedang di data. Sudah disiapkan skema, kalau untuk ganti rugi pedagang itu tanggung jawab pemerintah daerah dalam hal ini APBD Provinsi dan APBD Kota Denpasar," ungkapnya.
Lebih lanjut, Koster menyebut rumah warga yang terdampak banjir dan mengalami kerusakan berat dan rusak sedang hingga ringan itu menjadi tanggung jawab dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Jadi sudah ada kesepakatan dengan kepala BNPB. Jadi dengan demikian di minggu ini akan kita selesaikan. Sehingga dengan demikian masalah banjir selesai. Kemudian juga Pasar Badung dan Pasar Kumbasari bisa aktif kembali," katanya.
Bali Makin Gundul, Inikah Penyebab Banjir Besar Yang Menewaskan 17 Warga
