Minggu,  05 October 2025

59 Orang Masih Terjebak Di Mushala Pondok Pesantren Al Khoziny, Santri: Seperti Mimpi 

RN/NS
59 Orang Masih Terjebak Di Mushala Pondok Pesantren Al Khoziny, Santri: Seperti Mimpi 
Tim SAR mencari korban reruntuhan mushala.

RN - Duka masih menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga kini, puluhan santri masih terjebak di reruntuhan mushala yang ambruk.

Data terakhir, tercatat masih ada 59 santri terjebak. Kepala BNPB Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto mengatakan data tersebut masih bersifat sementara.

"Nah, sekarang yang masih hilang, yang ada datanya, yang ada fotonya itu sementara terdata 59 orang. Di mana itu? Kita tidak tahu," kata Suharyanto saat konferensi pers di Posko SAR Gabungan di Sidoarjo.

BERITA TERKAIT :
Sudah 45 Jenazah Ditemukan Di Pondok Pesantren Al Khoziny
49 Santri Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo Masih Tertimbun 

Suharyanto mengatakan jumlah itu masih data sementara. Para santri itu juga belum diketahui keberadaanya. Ia berharap 59 orang itu tak terjebak di reruntuhan.


"Kita sampaikan pada keluarga bahwa mudah-mudahan 59 itu tidak ada di situ. tidak ada di reruntuhan," ujarnya.

Setelah menemukan tujuh korban pada Rabu (2/10) malam, tim SAR Gabungan pun melakukan rentetan asesmen menggunakan alat deteksi canggih. Namun hasilnya nihil.

"Itu secara ilmu pengetahuan itu tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan ya," katanya.

Akhirnya tim gabungan memutuskan untuk masuk tahap berikutnya, yakni pencarian dengan menggunakan alat-alat berat dengan penuh kehati-hatian.

Pihaknya juga sudah berdiskusi dengan masyarakat yang terdampak atau keluarga korban. Mereka bersedih namun menerima.

Suharyanto juga membuat berita acara yang ditandatangani oleh perwakilan keluarga korban.

"Ya, ini juga menjaga bahwa kami tidak bertindak sesuai keinginan sendiri. Tapi dari suara bulat, mereka menyatakan sudah cukup pak. Sudah cukup karena sudah 3 hari, sekarang tolong itu segera dievakuasi menggunakan alat-alat berat," ujarnya.

Gedung tiga lantai termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk, Senin (29/9) sore.

Saat kejadian, diketahui ada ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

Selama tiga hari operasi pencarian, hingga Rabu (1/10) malam, terdapat 108 orang korban telah dievakuasi. Dari jumlah itu, lima di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Sementara 103 lainnya dipastikan selamat namun mengalami luka-luka. Diperkirakan masih ada puluhan orang yang terjebak di reruntuhan.

Golden Time Berakhir

Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit selaku On Scene Commander (OSC) mengatakan fase golden time atau fase kritis korban juga telah berakhir pada Kamis (2/10) pukul 16.00 WIB atau 72 jam sejak kejadian.

"Golden time sampai dengan hari ini, pukul 16.00 WIB. 72 jam dari hari Senin (29/9)," ujarnya kepada wartawan di Posko SAR Gabungan.

Di samping itu, selama tiga hari operasi pencarian, hingga Rabu (1/10) malam, terdapat 108 orang korban telah dievakuasi. Dari jumlah itu, lima di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Seperti Mimpi 

Dua malam terkubur dalam tumpukan beton, Alfatih Cakra Buana, santri berusia 14 tahun, merangkak keluar reruntuhan dipandu tim SAR gabungan yang sudah dapat memastikan jalur evakuasi aman untuk anak itu.

Terngiang-ngiang suara samar orang-orang dari luar menembus tebalnya reruntuhan, "Sabar, sabar ya dik," kenang Alfatih.

Saya balas, "nggih pak, nggih. Begitu terus, sampai saya pingsan."

Namun, selama dua malam itu, yang Alfatih lihat hanyalah kegelapan. Tubuhnya tertutup material berpasir dalam posisi merebah miring.

Hanya bagian kepalanya yang bisa dibilang tidak tertutup material reruntuhan, menciptakan ruang yang membuat Alfatih bisa bernapas.

Alfatih adalah satu dari lima anak yang berhasil dievakuasi tim SAR gabungan dari reruntuhan musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, sepanjang Rabu (01/10).

Pada Senin (29/10) sore, Alfatih salat berjamaah di musala itu. Dia sempat lari menyelamatkan diri, tetapi terlambat. "Ada getaran, lalu [saya] langsung lari dan bangunan runtuh."

Beberapa saat kemudian, Alfatih sempat meminta tolong. Dia juga mendengar suara minta tolong itu dari beberapa penjuru lokasi reruntuhan.

Alfatih mengaku tidak sadarkan diri, dia tidak bisa lagi membedakan dirinya yang sedang sadar atau bermimpi.