Revitalisasi Tak Kunjung Jalan, Pemerintah Kalah oleh Perpecahan Pedagang?

RN – Dua tahun pasca kebakaran, bara di Pasar Taman Puring memang padam, tapi bara ketidakpastian masih menyala. Rencana besar Pemerintah DKI untuk merevitalisasi pasar itu lagi-lagi tertunda, bukan karena dana, tapi karena perbedaan suara di antara para pedagang yang kini menjadi alasan klasik birokrasi menunda aksi.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, yang dikenal akrab disapa Pram, mengungkapkan bahwa dirinya sudah lama ingin membenahi kawasan Taman Puring agar lebih tertata dan modern.

 “Saya sudah dua kali bertemu dengan para pedagang. Saat pasar terbakar dan setelahnya, saya sebenarnya ingin langsung memperbaiki,” ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (17/10).

BERITA TERKAIT :
Ogah Jakarta Lumpuh Lagi, Pramono Anung Perintahkan Lelang Proyek Dipercepat

---

Namun sayangnya, rencana itu sempat terhenti di tengah jalan. Dalam pertemuan tersebut, para pedagang justru menolak perbaikan dilakukan secara terbuka. Penolakan ini bahkan sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial dan viral di berbagai platform.

Pramono tak menampik, polemik internal di kalangan pedagang menjadi salah satu penghambat utama. Karena itu, ia meminta agar para pedagang terlebih dulu menyelesaikan perbedaan di antara mereka sendiri sebelum pemerintah turun tangan.

“Saya sudah sampaikan kepada mereka, terutama karena banyak dari mereka berasal dari Jawa Timur, mayoritas masyarakat Madura, dan saya punya kedekatan dengan itu. Jadi saya bilang, selesaikan dulu urusan internalnya,” tutur Pram.

Gubernur juga menegaskan, pemerintah tidak akan memaksakan revitalisasi jika para pedagang masih terbelah atau belum memberikan izin secara penuh.

 “Jangan sampai nanti ketika pemerintah sudah siap memperbaiki, mereka kembali menolak seperti sebelumnya,” tegasnya.

Sebagai informasi, Pasar Taman Puring sempat dilanda kebakaran hebat pada 28 Juli 2025, yang meludeskan lebih dari 600 kios pedagang. Tragedi itu sempat menyisakan luka mendalam bagi para pelaku usaha kecil di kawasan tersebut. (*)