RN – Dunia ekonomi dan politik nasional kembali bergetar. Sosok Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa kini mencuri perhatian bukan karena drama politik, tapi karena keberaniannya menyentuh wilayah yang selama ini dianggap ‘'suci' dan tak tersentuh status quo fiskal Indonesia.
Sejak menjabat, langkah-langkah Purbaya dinilai tidak sekadar menjalankan kebijakan rutin, melainkan membongkar ulang fondasi tata kelola keuangan negara agar lebih transparan, terukur, dan akuntabel. Ya, sesuatu yang terdengar sederhana, tapi dalam praktiknya bisa mengguncang banyak kepentingan lama.
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M. Rizal Taufikurahman, menyebut gaya kepemimpinan Purbaya sebagai bentuk teknokrasi berani yang jarang muncul di ranah fiskal.
BERITA TERKAIT :Menkeu Purbaya Melejit, Gibran Dan AHY Hingga KDM Tumbang
“Dia bukan hanya menegakkan disiplin anggaran, tapi juga menantang budaya ‘asal aman’ yang sudah mengakar di birokrasi keuangan,” ujarnya, Selasa (28/10).
Namun, keberanian semacam itu tidak datang tanpa risiko. Rizal menyebut, sikap lugas dan tajam Purbaya menciptakan dua reaksi ekstrem, kekaguman dari kalangan reformis, dan kegelisahan dari para pemain lama yang mulai kehilangan ruang nyaman.
“Dari cara berkomunikasi saja, sudah terlihat betapa Purbaya berbeda. Ia tidak suka basa-basi, langsung ke pokok masalah. Buat sebagian orang, gaya ini dianggap kasar. Tapi buat yang lain, ini sinyal perubahan, bahwa sistem fiskal kita akhirnya diguncang agar bangun dari tidur panjangnya,” kata Rizal.
Tak sedikit yang menilai bahwa friksi politik yang muncul di sekitar Purbaya bukanlah sekadar persoalan ego antarpejabat. Di balik itu, ada tarik-menarik antara ide transparansi dan kepentingan politik yang ingin menjaga ilusi stabilitas.
Menurutnya, dalam lanskap ekonomi-politik hari ini, Purbaya menjadi semacam figur uji stres bagi sistem fiskal kita, menguji seberapa kuat birokrasi menahan guncangan dari dalam. Dan seperti biasa, guncangan paling besar sering kali datang bukan dari krisis global, melainkan dari seseorang yang berani berkata jujur.