RN - Kepanikan melanda Jakarta Utara setelah Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkap temuan mengerikan di balik ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading. Tak tanggung-tanggung, tujuh bahan peledak ditemukan, dan empat di antaranya dipastikan aktif.
“Ditemukan tujuh peledak. Jenisnya sudah diketahui,” ujar Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, dikutip Selasa (11/11).
Empat bom aktif itu ditemukan di dua titik sekitar lingkungan sekolah, mengindikasikan bahwa peristiwa ini bukan sekadar kecelakaan, melainkan dirancang dengan perhitungan matang.
BERITA TERKAIT :CCTV Mati, Siswa Sekolah Elit Tewas
Hingga kini, Densus 88 masih mendalami apakah siswa terduga pelaku memiliki keterkaitan dengan jaringan teror tertentu. Penelusuran digital tengah dilakukan secara intensif, termasuk jejak di media sosial dan kemungkinan keterlibatan pelaku dalam komunitas daring ekstrem atau berpaham radikal.
“Kami menelusuri aktivitas online pelaku, termasuk kemungkinan ia bergabung dalam grup atau forum dengan afiliasi teror tertentu,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto.
Proses penyelidikan melibatkan tim Gegana Brimob dan Puslabfor Mabes Polri. Gegana terlebih dahulu melakukan sterilisasi area sekolah karena masih ada bom aktif yang berpotensi meledak. Setelah aman, Puslabfor turun ke lokasi untuk menganalisis jenis dan kekuatan daya ledak bom tersebut.
Namun di tengah kehebohan itu, pihak kepolisian juga menekankan pentingnya perlindungan anak, sebab baik korban maupun pelaku masih berstatus pelajar.
Polri pun menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta tim trauma healing untuk memberikan pendampingan psikologis bagi siswa dan warga sekolah yang trauma akibat ledakan.
Tragedi ini menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Bagaimana mungkin, di lingkungan sekolah yang seharusnya aman, kini ditemukan bom aktif hasil rakitan siswa sendiri? Lantas apakah ini aksi tunggal, atau ada jaringan yang lebih besar di balik layar?.
