RN - Rakyat bersiap menyingkat nol dari uangnya, tapi rupanya mimpi itu belum waktunya jadi nyata. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan bahwa wacana redenominasi rupiah belum akan terjadi dalam waktu dekat.
“Tidak tahun depan,” ujarnya santai. “Itu bukan urusan Menteri Keuangan, tapi wewenang Bank Indonesia.” Dengan kata lain, jangan buang-buang mimpi dulu, nol-nol di lembar uangmu masih akan setia menemani belanja harian.
Padahal, dalam PMK Nomor 70 Tahun 2025 tentang Rencana Strategis Kemenkeu 2025–2029, redenominasi sudah sempat nongol seperti cameo dalam film: muncul sebentar, bikin heboh, lalu menghilang tanpa jejak.
BERITA TERKAIT :Rupiah Kebanyakan Nol, Purbaya Ubah 1.000 Jadi Rp1
Rencana itu sejatinya sederhana, Rp1.000 jadi Rp1, tapi daya beli masyarakat tetap sama. Namun di negeri di mana harga gorengan bisa naik tanpa pemberitahuan, konsep tetap sama sering kali menjadi bahan diskusi filsafat tersendiri.
Di hadapan mahasiswa Universitas Airlangga, Purbaya mengalihkan perhatian dengan nada optimistis bahwa pemerintah kini lebih fokus mengejar pertumbuhan ekonomi yang katanya akan ngebut seperti motor balap di sirkuit Mandalika.
“Tahun depan target 6 persen, nanti 7 sampai 8 persen,” ucapnya penuh semangat, seolah pertumbuhan ekonomi bisa naik hanya dengan kata “semangat’’.
Sembari menyisipkan motivasi ala seminar nasional, Purbaya menegaskan pentingnya edukasi ekonomi bagi generasi muda, agar mereka tidak sekadar hafal teori inflasi, tapi juga belajar bersyukur meski harga kopi susu naik lebih cepat daripada gaji.
“Mahasiswa perlu tahu apa yang dikerjakan pemerintah dan mengapa mereka harus optimis,” katanya, seakan optimisme bisa dicetak massal seperti uang baru.
Di akhir, ia menutup dengan kalimat yang terdengar seperti janji lama versi remix. “Kita ingin memastikan percepatan ekonomi betul-betul terjadi.”
Namun, bagi sebagian rakyat, yang juga ingin terjadi adalah percepatan turunnya harga beras, bukan sekadar angka pertumbuhan di PowerPoint.