RN - Depresi, kecemasan dan setres melanda warga Jakarta. Hingga kini tercatat ada sebanyak 365.730 orang yang mengalami penyakit jiwa.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau warga lain ikut melakukan cek kesehatan gratis atau CKG. Sebanyak 10.973 orang atau 3 persen orang dewasa dan lansia di Jakarta yang sudah menjalani skrining kesehatan jiwa pada Program CKG menunjukkan kemungkinan gejala depresi.
Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Yunita Arihandayani, mengingatkan penduduk berusia di atas 15 tahun yang mengalami depresi di Jakarta sebanyak 1,5 persen atau di atas rata-rata nasional.
BERITA TERKAIT :Banyak Orang Jakarta Setres, Tapi Rano Sebut Kota Bahagia
"Terkait data gangguan depresi, rata-rata nasional 1,4 persen, DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 1,5 persen," kata Yunita.
Sementara, 9.090 orang di antaranya atau sebesar 2,49 persen, orang dewasa dan lansia di Jakarta menunjukkan gejala kecemasan. Masalah kesehatan jiwa pada usia di atas 15 tahun ini ada di peringkat kedua dari 10 penyakit tertinggi.
Provinsi Jawa Barat tercatat memiliki prevalensi penduduk dengan angka masalah kesehatan jiwa paling tinggi, yakni 4,4 persen atau di atas rata-rata nasional, yakni 2 persen.
"Secara nasional rata-ratanya 2 persen. DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 2,2 persen," kata Yunita yang menambahkan bahwa angka itu merujuk Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.
Dia mengatakan, hanya sedikit orang yang mengalami masalah kesehatan jiwa, baik depresi maupun kecemasan mencari pengobatan. Tercatat, hanya 0,7 persen orang dengan gangguan cemas mencari pengobatan, sementara untuk pasien depresi jumlahnya 12,7 persen.
Menurut Yunita, kurangnya kesadaran bahwa dirinya mengalami gejala depresi atau cemas menjadi penyebab mereka tak mengakses pengobatan. Selain itu, masih ada stigma di masyarakat terkait masalah kesehatan jiwa.
Seseorang tidak mencari pengobatan ke ahlinya, seperti psikolog atau psikiater takut dibilang ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). "Misalnya, sering dibilang orang yang sedih terus, orang yang enggak punya semangat, dibilang kurang kuat iman," kata dia.
Sementara itu, orang dengan gejala depresi dan kecemasan harus segera mencari pengobatan agar kondisinya tak semakin parah. "Ketika tidak mencari pengobatan, dibiarkan depresi, ringan awalnya kemudian menjadi semakin parah," kata dia.
Warga Jakarta yang mengalami masalah kesehatan mental dapat memanfaatkan layanan telekonsultasi JakCare sebagai pertolongan pertama dan deteksi dini.
Kota Bahagia
Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno merespons soal angka depresi di Jakarta yang disebut lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Meski demikian, ia menegaskan bahwa Jakarta tetap menjadi kota bahagia.
"Ya, tapi Jakarta kota bahagia, lho," kata Rano di Balai Kota Jakarta, Sabtu (22/11/2025).
Rano menilai kebahagiaan warga tidak semata diukur dari angka kesehatan mental, tetapi juga dari kemajuan fasilitas publik, ruang interaksi. Ia pun mengatakan pihaknya harus melakukan survei tersendiri soal hal tersebut.
"Mungkin yang namanya clear, nggak mungkin. Itu yang namanya depresi itu wilayah, beberapa wilayah mungkin iya, tapi nggak bisa whole gitu. Harus kita survei itu, ya," ungkapnya.