Kamis,  25 April 2024

Anak Muda Banyak Ngebul, Rokok Bikin Tekor Negara Rp 375 Triliun

NS/RN/CR
Anak Muda Banyak Ngebul, Rokok Bikin Tekor Negara Rp 375 Triliun

RADAR NONSTOP - Rokok ternyata bikin tekor negara. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, saat ini kerugian rokok mencapai 4.180,27 triliun.

Sedangkan kerugian ekonomi akibat tembakau mencapai Rp 375 triliun. Kemenkes melanjutkan, kerugian yang dialami pemerintah akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok bisa mencapai sepertiga Produk Domestik Bruto atau PDB dan seperlima dari total APBN.

Kepala Balitbang Kesehatan Kemenkes Siswanto mengatakan kerugian ekonomi akibat ekonomi dan orang produktif yang menjadi tidak produktif karena sakit mencapai sepertiga PDB atau sekitar Rp 4.180,27 triliun.

BERITA TERKAIT :
Korupsi Covid-19 Di Kemenkes, KPK Jangan Ragu Borgol Para Pemain APD?
APD Covid-19 Dikorupsi, Anggota DPR Ihsan Yunus Pakai Masker Ke KPK?

Siswanto menjelaskan beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok antara lain penyakit jantung yang sepertiga penyebabnya dikontribusikan oleh rokok, penyakit stroke yang seperempat faktornya karena rokok, dan yang paling parah penyakit kanker paru yang 60 persennya disebabkan oleh rokok.

Dia juga menyebut ada beberapa penyakit lain yang berkaitan dengan rokok seperti nyeri tulang belakang karena mempengaruhi aliran darah, dan termasuk penyakit menular TBC yang juga disebabkan oleh rokok.

Siswanto mengemukakan bahwa prevalensi perokok Indonesia stagnan berada di angka 33,8 persen dari tahun ke tahun. Namun prevalensi perokok pemula atau remaja alias ABG yang terus meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek dalam puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia mengemukakan penyakit katastropik membebani lebih dari 20 persen seluruh pembiayaan BPJS Kesehatan. Pembiayaan BPJS Kesehatan untuk penyakit jantung tahun 2018 sebesar Rp 10,5 triliun, diikuti penyakit kanker Rp 3,4 triliun, dan penyakit stroke Rp 2,5 triliun.